Halaman

Rabu, 05 Oktober 2016

3 SIDE

3 SIDE
Juni 2009
Di tahun itu tepatnya di bulan juni gue di nyatakan lulus oleh pihak sekolah gue, nilai rata rata Ujian nasional gue bisa di bilang memuaskan walaupun ada sih beberapa mata pelajaran yang mendekati dengan KKM UN, tapi alhamdulilahnya yang penting lulus, lepas dari baju putih dan celana abu abu.
Gue berniat ingin melanjutkan study di Jakarta, berhubung gue asli orang Surabaya ya mau ngga mau gue harus jadi perantau di ibu kota. Nyokap gue sih mendukung sepenuhnya dengan rencana gue itu bahkan dia mau menjual sebagian sawah nya demi gue, kalau bokap gue udah lama meninggal waktu gue masih berusia 12 thn dan gue yakin bokap di surga sana pasti mendukung gue.
Setelah ngobrol ngobrol panjang sama nyokap dan pakde gue yang kebetulan dia pernah kuliah di Jakarta, akhirnya gue putuskan untuk pergi jauh ke Jakarta selama beberapa minggu untuk mencari universitas yang bagus untuk gue.
Gue pun berpamitan dengan nyokap dan pakde gue..
“bu aku pamit yaa, doain semoga aku dapet kampus yang bagus” ujar gue
“iyaa nak pasti ibu doain, kamu hati hati ya kalau ada apa apa buru buru hubungin ibu atau pakde mu” jawab nyokap
“bisma nanti kamu tinggal di kosan temen pakde aja ya, alamatnya di daerah manggarai ngga jauh kok dari stasiun nanti kamu telepon aja ya orangnya, ini nomornya namanya pak agus” sahut pakde sambil memberikan kertas yang bertuliskan nomor telepon
“iya pakde, terimakasih ya pakde”
“kalau kamu udah sampai, kamu langsung kabari ibu mu atau pun pakde ya”
“iyaa pakde siap siap”
Setelah berpamitan dengan nyokap dan pakde, gue bergegas berangkat menuju stasiun kereta psr. Turi dengan membawa tas yang ngga terlalu besar, tas kecil dan tiket kereta yang telah gue beli 5 hari sebelum ke berangkatan.
Saat itu gue datang ke stasiunnya 3 jam lebih cepat, terpaksa lah gue harus menunggu kereta itu datang dan gue pun menunggu di bangku depan loket. 45 menit menunggu sambil baca baca komik shinchan tiba tiba gue ngerasa kaya ada yang kurang, menoleh ke kanan dan ke kiri ternyata tas kecil gue ngga ada. Dengan paniknya gue langsung berdiri sambil mencari ke beradaan tas gue itu, saat gue melihat ke arah gerbang pintu masuk stasiun, gue melihat tas gue yang lagi dibawa sama seorang anak kecil. Dengan secara reflek gue pun berteriak “copeeeet” sambil menunjuk ke arah anak kecil itu, sekejap orang orang melihat gue dan ada beberapa orang yang langsung mengejar anak kecil itu. Jelas aja gue panik kalau misalkan tas itu hilang toh di tas itu ada Handphone, kartu ATM, KTP dan beberapa lembar uang 100rban yang kemarin nyokap kasih untuk bekal gue selama berada di jakarta.
1 jam gue di pos security sambil menunggu kabar dari beberapa orang dan security yang mengejar copet itu, gue masih dalam naungan doa agar tas itu kembali.. setelah 1 jam 30 menit gue menunggu akhirnya datang lah security yang tadi ikut mengejar, semoga semoga dan semoga tas nya dapet, tapi kok securitynya datang dengan tangan kosong ya? Badan gue mulai lemes dan pikiran gue seketika berantakan.
“mas, maaf saya ngga bisa mengejar copet nya” ujar security
“yaaah, yaudah terimakasih ya pak” jawab gue dengan lesu
Badan gue mulai lemas, pikiran gue langsung tertuju pada rumah.Apa gue batalin aja ya niatan gue ke Jakarta? Hhhmm. Ngga mikir panjang gue pun memutuskan untuk pulang kerumah tapi sebelumnya gue menelepon pakde untuk menceritakan ke batalan gue untuk pergi ke Jakarta.
Dengan tas yang agak besar itu gue seret seret dan berjalan seperti orang yang sakit gue menuju ke suatu tempat yang menyediakan layanan telepon umum. Untungnya ada beberapa koin di dalam saku celanan bagian belakang, masih sedikit lega untuk bisa menghubungi pakde.
“hallo assalamualikum pakde, ini aku bisma”
“wallaikumsallam, iya bisma kamu belum berangkat?”
“belum pakde….”
“mas mas maaf mas” sahut seorang pria berambut gondrong dengan pakaian rapih sambil menepok pundak gue
“eeh iyaa mas ada apa ya?” Tanya gue dengan menjeda obrolan gue terhadap pakde di telepon
“ini tas mas bukan?”ujar pria itu dengan menunjukan tas kecil
“loh iya ini punya saya mas, waduh terimakasih banyak mas terimakasih” dengan muka gembira gue menjabat tangannya
Sementara itu di telepon terdengar suara pakde“hallo hallo bisma?”
“eh iya pakde, aku berangkat yaa assalamualikum” dengan cepat langsung gue tutup teleponnya
Setelah telepon nya gue tutup, gue langsung berbalik arah untuk menoleh ke pria itu tapi tiba tiba pria itu udah ngga ada di belakang gue, loh dia kemana?Padahal gue mau ngucapin terimakasih lagi. Yaudah lah yang terpenting tas gue udah ketemu, siapa pun dia orangnya semoga mendapatkan pahala yang banyak deh yah dari allah amiiin.
Kereta pun tiba dan perlahan kaki kaki gue melangkah masuk ke dalam gerbong kereta sambil mencari cari nomor kursi yang tertera di kertas tiket itu.Setelah gue menemukan nomor kursinya, gue langsung menaruh barang bawaan gue di tempat penyimpanan barang yang berada di atas tempat duduk penumpang.
Sinyal lampu hijau pun udah menyala dan itu tandanya kereta di izinkan untuk berangkat, perlahan roda roda besi kereta mulai bergerak menuju Jakarta.Mendengarkan music lewat Mp3 dan melanjutkan membaca komik shinchan menjadi teman gue di perjalanan saat itu. Ngga lama gue mulai membaca komik shinchan tiba tiba…
“misi mas boleh saya duduk disini?”
“boleh mas” jawab gue dengan mata yang masih tertuju pada komik shinchan
Dan gue pun penasaran dengan orang yang duduk disamping gue itu, gue pun menoleh ke kiri dan ternyata orang itu adalah pria yang tadi menolong gue mengambilkan tas yang sempat di ambil oleh anak kecil.
“loh mas yang tadi kan?” ujar gue
“iya mas ehehe”
“waduh mas terimakasih banyak loh yang tadi, untung ada mas ehehe”
“iya mas santai aja, lain kali hati hati mas”
“iya mas pasti, oiya nama mas siapa ya?” Tanya gue sambil mengulurkan tangan kepada dia untuk berjabat tangan
“saya adi tapi biasa di panggil gondrong ehehe kalau mas?” jawab pria itu dengan senyuman sambil membalas jabatan tangan gue
“saya bisma, mas dari mana mau kemana?”
“saya dari banyuwangi mau ke Jakarta, mau kuliah disana ehehe”
“loh sama ya, saya juga mau kuliah di Jakarta”
Sepanjang perjalanan waktu gue habis hanya untuk mengobrol dengan si gondrong itu, ternyata gondrong itu orangnya welcome sama gue, asik di ajak becanda dan dia juga baik banget. ngga jarang dia nawarin gue makanan yang dia bawa di dalam kantung kresek berwarna putih. Ngga terasa ternyata kereta udah berhenti di stasiun psr. Senen, gue bergegas mengambil tas dan perlahan turun dari kereta berdua bersama gondrong.
“drong dari sini lo mau kemana?” Tanya gue selepas turun dari kereta
“dari sini gue mau ke depok, ke tempat tinggal tante gue. Kalau lo sendiri mau kemana?”
“gue ke manggarai, ke tempat kosan temen pakde gue drong”
“ooh gitu, yaudah kalau gitu gue langsung jalan deh ya. Lo hati hati yaa” ujar gondrong sambil menjabat tangan gue
“oke oke drong, lo juga hati hati ya”
Gue dan gondrong pun terpisah, sambil jalan menuju pintu keluar gue pun masih kepikiran dengan sosok gondrong. Gue seneng punya temen baru yang supel kaya gondrong..loh gue baru inget kenapa gue ngga minta nomor telepon nya ya(?) siapa tau gue bisa main sama dia.. gue pun berhenti dan berbalik arah, setelah gue lihat ternyata gondrong udah ngga ada di stasiun itu, yah sial deh..
Setelah keluar dari stasiun gue langsung naik angkutan umum menuju manggarai, dengan kurang hafal nya daerah Jakarta sering kali gue nyasar walaupun udah beberapa kali nanya sama orang orang sekitar. Muter muter ngga jelas akhirnya gue naik metromini nomor 62 dan gue menghentikan laju metromini itu di jalan minangkabau, dan nanya ke orang adalah kunci utama untuk menemukan alamat karena peta dunia yang gue bawapun ngga bisa menjawabnya.
Gue pun memutuskan untuk naik ojek dari simpang pasar raya manggarai menuju kosan, setelah nyari nyari kosannya berdua dengan tukang ojek, akhirnya gue pun sampai di kosan dan bertemu dengan pak agus selaku pemilik kosan.
“ooh ini bisma keponakan nya sutrisno bukan?”
“iya pak betul” jawab gue
“iya ya tempo hari pakde mu udah menghubungi saya, oiya kamar kosnya tinggal sisa di lantai 2 tuh. Ngga apa apa kan?”
“ngga apa apa pak yang penting kan tempatnya bisa dibuat tidur ehehe”
“yaudah nanti saya bereskan kamarnya dulu, kamu tunggu di ruang tamu aja yaa”
Sambil menunggu pak agus membereskan kamar itu gue pun keluar dari lingkungan kosan untuk melihat lihat daerah sekitar, ngga lama kemudian pak agus menghampiri gue dan dia bilang kalau kamarnya udah siap untuk ditempatin.
“bis kamar nya udah siap, kamar mandinya ada di dalam ya. Trus kalau kamu butuh apa apa jangan sungkan sungkan hubungi saya ya” sahut pak agus
“siap pak, oiya kalau warteg atau tempat makan dimana ya pak?” Tanya gue sambil menenteng tas
“warteg ada di sebrang jalan, atau di deretan kosan ini juga banyak. Tenang aja disini mah 24 jam rame trus bis ehehe”
Setelah semuanya selesai gue langsung naik ke lantai 2 dan membuka pintu kosan, welcome bisma in new kosan ahahaha wah ternyata tempatnya lumayan bagus, ada balkon nya lagi dan view nya adalah rel kereta manggarai yang sering dilintasi kereta kereta, iya sih kereta ya kali dilintasin sama bajaj..
Huuuu lelahnya, ngga pikir panjang tanpa mengganti baju gue langsung tertidur di antara bantal dan tembok yang berhadapan dengan sebuah tv berukuran 21 inch.
Malam pun tiba, gue di bangunkan oleh suara ketukan pintu dari luar kamar. Ooh ternyata itu pak agus..
“iyaa pak tunggu sebentar” sahut gue sambil membuka pintu
“bis ini ada nasi kuning untuk kamu”
“loh pak ngerepotin aja pak”
“ngga kok ngga, ini kebetulan cucu saya ada yang ultah, ya perayaan kecil kecilan aja” ujar pak agus sambil memberikan sepiring nasi kuning dengan lauk ayam goreng, tempe orek, telor dadar, sambal dan kerupuk
“ooh gitu, terimakasih banyak yaa pak”
Hari pertama yang cukup beruntung, baru datang langsung dikasih makanan. Ya mungkin ini memang rezeki anak soleh ahaha
Selesai makan gue pun sambil mencari info tentang universitas universitas yang ada di Jakarta dengan computer yang terhubung dengan internet milik warnet yang berada di samping kosan. Setelah mendapatkan informasi dari beberapa universitas, gue pun tertarik di 1 universitas di daerah Jakarta selatan. Toh gue pikir lokasi nya ngga jauh dari tempat kosan gue.
Malam pertama di kosan gue masih belum bisa beradaptasi dengan teman teman kosan yang lainnya, jadi wajar kalau saat itu gue langsung tidur.
Di pagi harinya, gue terbangun gara gara suara kereta yang melintas di belakang kosan.Sebelum gue berangkat menuju kampus yang ingin gue daftar, gue pun mencoba membuat kopi hitam yang udah disediakan oleh pak agus dan menikmati sebatang rokok.
Lagi asik menikmati kopi tiba tiba ada seorang cewe yang menghampiri gue dan berdiri di depan pintu..
“hei penghuni baru yaa?” Tanya cewe yang berbadan kurus, berkulit putih dan berambut pendek atau bob style
“iyaa betul” jawab gue dengan memberikan senyuman kepada dia
“gue winda, penghuni kamar sebelah, lo siapa?”
“gue bisma, ooh winda salam kenal yaa”
“iyaa, kalau yang gue lihat lo orang jawa bukan?”
“iyaa win, kok tau sih?”
“ya tau laah tadi kan pak agus cerita sama gue ahahaha” canda winda
“heet deh ya jelas laah”
“yaudah deh kalau gitu gue mau ke kampus dulu yaa, nanti malem sibuk ngga? Kalau ngga sibuk nanti malam ngobrol yuk di balkon”
“ngga sibuk kok, yaudah lo ketuk ketuk aja pintu gue”
Di hari ke 2 gue bertemu dengan penghuni kosan samping kamar gue, beruntung nya gue dipertemukan orang yang baik, supel seperti winda.
Selesai ngobrol gue langsung mandi dan mencari sarapan di luar kosan, setelah semuanya selesai gue langsung menuju universitas itu untuk mendaftar.
Sesampainya di universitas, gue langsung melangkah menuju ruang pendaftaran. Menurut temen temen gue di SMA gue itu orangnya paling jago masak, dan gue putuskan untuk mengambil jurusan ekonomi, ngga nyambung ya? Di skip aja deh… gue ngga banyak mikir, gue langsung tertarik dengan kampus itu dan menurut gue kampus itu bakal bisa mengisi cerita di masa muda gue.
“hallo assalamualaikum bu” sapa gue kepada ibu ditelepon
“wallaikumsallam” jawab ibu
“bu aku udah daftar di universitas didaerah Jakarta selatan”
“alhamdulilah kalau gitu nak, trus koe kapan masuk?”
“sekitar bulan September bu, dan kayanya aku pulangnya bulan depan deh bu. Aku masih ingin beradaptasi sama lingkungan disini”
“iyaa ngga apa apa, yang penting kamu jangan lupa makan, jangan lupa sholat dan inget jangan macam macam disana yaa”
“iya bu pasti aku ikuti perintah ibu”

Bersyukurnya gue punya nyokap kaya beliau yang selalu mendukung apa yang gue lakuin.
Sore itu setelah gue mendaftar kuliah, gue langsung pulang ke kosan berhubung gue punya janji sama winda untuk ngobrol di balkon belakang, gue buru buru pulang sekalian beli beberapa cemilan untuk di malam itu.
Sesampainya di kosan gue langsung bebenah dan istirahat sambil nunggu winda pulang dari kampusnya…
“bismaaa” sahut winda dari luar kamar
“eh iyaa win, lo duluan aja deh yah ke balkonnya. Gue bikin teh hangat sama bawain cemilan dulu ya”
“asiiik oke okee cepet yaa”
Kurang dari 10 menit setelahnya gue membuatkan teh hangat, gue langsung menuju balkon kosan..
“win ini teh nya gue taruh di sini yaa”
“iyaa bis”
……
“hhhmmm lo udah lama ya ngekos di sini?” Tanya gue sambil menyalakan sebatang rokok
“gue baru kok, baru 10 bulan disini. Eh iya lo disini kuliah atau kerja?”
“gue baru mau masuk kuliah nih ehehe”
“ooh gitu, lo orangnya asik yaa. Gue baru loh kenalan sama orang di kosan ini”
“maksudnya baru gue?”
“iyaa bis, baru sama lo gue ngobrol. Secara disini orangnya pada kaku kaku banget ahahaha”
“beruntung dong lo ada temen nya disini ahahaha”
“biasa aja sih, yaa beruntung laaah hahaha” betus candaan winda
Ngga terasa ngobrol sama winda sampai jam 1 malam, selepas itu gue dan dia balik ke kamarnya masing masing..
Pagi pun tiba, karena belum ada nya kegiatan di Jakarta gue pun hanya bisa tidur tiduran di kamar atau malah ngobrol sama pak agus dan istri nya di ruang tamu mereka.
September pun tiba, bulan ini gue udah masuk kuliah.Belum sampai tahap pembelajaran sih baru pengenalan dan persiapan untuk ospek.
Hari pertama ospek, rambut gue di cukur abis sampai botak oleh senior dan hal hal konyol yang disuruh senior terhadap gue. Di hari pertama sampai di hari terakhir ospek gue belum banyak sosialisasi sama temen temen baru, maka dari itu sering kali gue melakukan apa apa dengan sendirian. Ngga banyak cerita selama di acara ospek itu.
Hari hari setelah ospek, gue pun bersiap dengan beberapa buku tulis untuk menuliskan beberapa paragraph materi yang dosen berikan.
“assalamualikum bu” ujar gue terhadap ibu lewat telepon
“wallaikumsallam nak”
“bu hari ini, hari pertama aku masuk kuliah”
“oiyah nak, semoga sukses yaa konsentrasi apa yang di ajarkan dosen”
Selesainya gue mematikan telepon dari ibu, tiba tiba..
bisma lo kuliah disini juga?”
“i..iyaaa. loh gondrong?”
“ehehehe lo apa kabar?”
“alhamdulilah baik, wah gue ngga nyangka bisa 1 kampus sama lo disini. Lo ambil jurusan apa?”
“gue juga ngga nyangka ahaha gue ambil ekonomi nih”
“loh sama ya kita ahaha eh kok gue ngga ngeliat lo ya waktu ospek?”
“ahaha yaiyalah gue kan ngga ikut ospek, abisnya sih segala ada acara cukur rambut, mana mau rambut gue dicukur ahaha”
“heeet dasar laaauu sayang banget sama rambut haahaha”
Gue pun ngga nyangka bisa 1 kuliahan bahkan 1 kelas sama gondrong dan disaat itu gue yakin kalau gondrong bakal jadi temen gue selama di kampus.
Berjalannya waktu gue sering main sama gondrong dan 1 ketika gue mengajak gondrong untuk main ke kosan gue.
“wah kosan lo bagus juga yaa bis”
“ehehe iyaa doong, kenapa emangnya? Lo mau tinggal disini? Ahaha”
“kaya nya boleh deh, kan gue selama dijakarta tinggal nya sama tante. Ngga enak juga sih kalau numpang sama dia”
“ya disini aja lah tinggal bareng sama gue”
“iya yaa bulanan mah gampang kita bagi 2 iya ngga?”
“ngga! Lo aja yang bayar gimana? Ahaha” cetus gondrong
“boleh boleh, boleh gue lempar lo ke rel ngga? Ahahhaa”
“kampret lauuu ahahha”
Keesokan hari nya di dalam kelas, masih seperti biasa. Dikelas gue lebih sering main sama gondrong tapi di kelas itu juga gue bertemu dengan rio, rio adalah anak rantau dari padang Sumatra barat. Rio itu orangnya agak kalem tapi sekali ngomong bikin ketawa, lelucon dia itu lebih sering meramaikan suasana dikelas ataupun diluar kelas. Rio tuh paling seneng banget sama hal yang berhubungan dengan sepak bola, ciri khasnya dia kemana mana pasti pake jersey bola. Kalau ngga real Madrid yaa Barcelona, impiannya tuh kalau udah sukses mau beli real Madrid dan Barcelona, katanya sih mau di gabungin gitu. Minusnya kalau lagi ngobrol sama dia jangan sesekali nyebut nama yang berbau sepak bola, percaya deh sama gue topic yang lagi lo obrolin langsung berubah jadi ngebahas bola.. setiap kali kejadian seperti itu jurusnya Cuma 1, lo pura pura tidur.
Jam pulang kuliah. gue, gondrong dan rio biasa nongkrong nongkrong di warkop sebrang kampus, alasan gue dan mereka sering nongkrong dan ngga langsung pulang karena bingung dirumah juga mau ngapain, apalagi gue di kosan palingan Cuma nonton tv, tidur, makan, nonton tv, tidur, dan makan begitu aja trus sampai gue jadi dosen…
“yo lo disini tinggal sama siapa?” Tanya gondrong sambil menghisap rokok favorit nya
“gue mah disini ngekos” jawab rio dengan  tangan yang perlahan mengambil segelas kopi
“loh dimana? Mendingan lo ngekos bareng sama bisma”
“di pasar minggu, lah iya ya. Bis gue mau lihat dong kosan lo”
“iya tuh bener apa kata gondrong, mendingan sama gue ngekosnya bareng. Boleh ayo sekarang yuk” ujar gue
“wah asik tuh, gue juga deh ya bareng sama lo bis, boleh ngga?” ujar gondrong
“kayanya untuk lo gue ngga terima deh drong, cukur rambut dulu baru gue terima ahahaha” jawab gue
“wah brengsek lo, gue obrak abrik nih warkop ahahaha”
“kamu berani obrak abrik warkop saya?” sahut ibu ibu warkop
“ehehe ngga bu becanda ehehehe” jawab gondrong sambil pura pura ngelap meja
Selesai nya dari warkop gue langsung pulang ke kosan bersama gondrong dan rio..
“wah kosan lo gede juga yaa” sahut rio
“ehehe iya yo, disini muat kok bertiga santai aja, iya ngga droong?”
“yoi men, yaudah deh nanti malem gue langsung pindah kesini deh yah” ujar gondrong
“yaudah selaau, kalau lo gimana yo?” Tanya gue
“bisa aja sih kalau nanti malem, tapi nanti gue bilang sama ibu kos nya dulu” jawab rio
Ngga lama berbincang datang lah winda ke kamar gue
“loh ada temen temen nya nih bis?” Tanya winda
“eh iya nih win, lo udah pulang ngampus?”
“udah nih ehehe”
“eh iya kenalin nih temen temen gue, ini gondrong dan ini rio” sahut gue sambil menunjuk ke gondrong dan rio
“ehehe iyaa salam kenal, yaudah deh kalau gitu gue mau nyuci baju dulu ya bis”
Setelahnya winda pergi, si rio bertanya Tanya mengenai sosok winda, gue sih udah feeling kaya nya sih si rio naksir deh sama winda
“lo suka yo sama winda? Ahaha” sahut gue dengan candaan
“ngga aaah biasa ajaaa, yaudah deh nanti malem gue langsung pindah kesini” jawab rio dengan salah tingkah
“ciyeee gara gara ada temen lo tadi sih bis jadinya si rio pengen buru buru kesini ahahaha” sahut gondrong
“apaan sih apaan siih ngga aaaah”
Selepas sore itu rio dan gondrong pulang, malam nya benar saja mereka datang dengan membawa koper besar yang berisikan baju beserta perlengkapan dandan mereka, sebelum mereka menempati kamar kosan gue minta izin dulu sama pak agus. Bersyukur lah pak agus langsung mengiyakan. Gue, gondrong dan rio adalah teman yang 1 nasib, jauh dari orang tua, 1 pemikiran dan apa ada nya..
Di hari hari selanjutnya, si rio jadi lebih sering ngobrol sama winda sedangkan gondrong selalu sibuk dengan rambut nya itu. Gue jadi merasa beruntung banget bisa berada di Jakarta, toh punya teman yang baik baik seperti mereka..saat itu hari hari gue selalu di isi bersama mereka, curhatan dan canda tawa mereka membuat gue sering ditegor sama pak agus karena telah membuat lingkungan kosan jadi berisik ahahaha
Masuk di akhir bulan desember, saat itu kita bertiga memang bener bener ngga punya uang secara orang tua gue, rio dan gondrong memang belum mengirimkan uang kepada kita. Tercetus dari rio untuk mencari uang selesainya pulang ngampus, dengan cara mengamen di sekitaran stasiun manggarai. Gokil! Dan ide itu di iya kan sama gondrong, berhubung yang bisa memainkan gitar hanya si gondrong, gue dan rio pun Cuma menjadi pengisi suara ahaha
Sepulangnya dari kampus, di kosan kita pun berunding dulu tentang lagu apa yang mau dibawakan nanti ketika mengamen. Hampir 2 jam kita masih berunding, secara kita bingung mau lagu apa yang dibawa. Giliran rio dan gue hafal liriknya eh si gondrong yang ngga hafal kunci gitarnya begitu juga sebaliknya gue dan rio ngga hafal liriknya eh si gondrong tau kunci gitarnya..
“aah gila udah mau 2 jam nih” ujar rio
“waduh iyaya, yaudah lagu Sheila on 7 aja deh ya yang judulnya kisah klasik untuk masa depan, gimana?” sahut gondrong
“lo emangnya hafal yo liriknya?” Tanya gue ke rio
“ngga bis” jawab rio sambil menggelengkan kepalanya
“lo berdua ngga hafal? Yaudah deh ambil kertas sama pulpen bis” sahut gondrong
“buat apaan?” tanya gue
“liriknya gue tulis biar nanti lo nyanyinya sambil baca deh ya”
Setelah semua nya siap, gue dan mereka langsung menuju ke stasiun manggarai. Dengan baju yang sedikit rombeng, celana yang sobek dan sandal jepit yang sekiranya akan putus menjadi fashion kita saat itu..
“misi om misi tante numpang ngamen” sahut gondrong
*jreng jreng jreng* suara gitar gondrong yang sedang mamainkan intro
*jreng jreng jreng*
*jreng jreng jreng*
“eh nyanyi begooo!” gondrong yang membisikan gue dan rio sambil menginjak kaki gue
“aduuh ah iya iyaa”
“ bersenang senang lah karna hari ini akan kita rindukan dihari nanti sebuah kisah klasik di masa depan……… wooowoooo sampai jumpa kawan ku semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan” gue dan rio mulai menyanyi dengan nada yang ngga berubah ubah, hanya bertahan di so
…..
“terimakasih, dan maaf mengganggu perjalana om dan tante” sahut gondrong yang membuka kaleng untuk meminta sumbangannya
“eh udah nih, yuk kesana yuk pindah tempat” ujar gue
“bis si rio kenapa tuh?”
Tiba tiba rio terdiam dan menunduk
“yo lo kenapa?” tanya gondrong
“……” hening rio
“yo woooy!”
“sedih gue drong” jawab rio
“sedih kenapa?”
“sedih sama lagu nya”
“heeeeet lo gue kira kenapaaaa, baperan!”
“ehehehehe” sahut rio dengan cengiran khas kuda
“aaah kampreeet lo yo ahaha”
Rio kelihatan agak lebay juga sih, tapi ya emang jujur lagu nya Sheila on 7 itu bikin gue sedikit merinding, apalagi kalau liriknya di perhatikan dengan seksama.
Malam pun menjemput kita saat itu, setelah 5 jam muter muter di sekitaran stasiun akhirnya kita putuskan untuk mensudahkan berhubung uang yang di dapat udah cukup untuk membeli makanan dan sedikit cemilan yang bisa di nikmati untuk di kosan.
Sesampainya di kamar kosan, kita langsung menghabiskan makanan yang tadi di beli di warteg sebrang kosan. Hari itu cukup menyenangkan bagi gue, karena itu adalah pengalaman pertama gue untuk mencari uang dengan cara mengamen.
Di hari hari selanjutnya kehidupan di kamar kos jauh lebih baik, secara orang tua kita masing masing mengirimkan uang. Jadi ngga usah cape cape untuk mengamen.
Perkuliahan kita pun udah memasuki akhir semester 1, tugas tugas pun juga semakin menumpuk. Tugas kuliah juga membuat gue, gondrong dan rio menjadi lebih stres. Aah rasanya ingin sekali cepet cepet lulus. 
Siang itu gue lupa hari itu hari apa, yang jelas hari itu di kampus gue Cuma ada 2 mata kuliah doang. Jadi hari itu gue pulang lebih awal dari biasanya, seperti biasa di dalam kamar gue juga Cuma bisa menikmati hari itu dengan meminum kopi dan menghisap sebatang rokok. Sedang asik asik tidur tiduran tiba tiba datang lah winda ke kamar gue.
“bismaaa” sahut winda
“eeh iyaa win”
“lo udah pulang?” Tanya winda yang secara perlahan duduk disamping gue
“iyaa udah lah win, kan di kampus juga Cuma 2 mata kuliah doang ehehe”
“ooh gitu yaah, eh si rio mana?”
“rio sama gondrong masih di kampus, katanya sih mereka ada jam tambahan gitu” …. “eh kok lo nanyain rio?? Ciyeee ada apa niiih? Ahaha” canda gue sambil nyenggol tangannya  winda
“ngga kok ngga ada apa apaaaa” jawab winda yang mulai tersipu malu
“masa siih? Kalau suka mah bilang aja kaliii, siapa tau gue bisa ngebantuin ahaha”
“apaansiiih biiisss ehehehe” jawab winda yang terlihat tersipu malu

Dari obrolan pendek itu gue bisa ngebaca kalau si winda suka terhadap si rio, dan gue pun terpikir ingin mencomblangkan mereka berdua ehehe. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar