3
SIDE
Juni 2009
Di tahun itu tepatnya di bulan
juni gue di nyatakan lulus oleh pihak sekolah gue, nilai rata rata Ujian
nasional gue bisa di bilang memuaskan walaupun ada sih beberapa mata pelajaran
yang mendekati dengan KKM UN, tapi alhamdulilahnya yang penting lulus, lepas
dari baju putih dan celana abu abu.
Gue berniat ingin melanjutkan study di
Jakarta, berhubung gue asli orang Surabaya ya mau ngga mau gue harus jadi
perantau di ibu kota. Nyokap gue sih mendukung sepenuhnya dengan rencana gue
itu bahkan dia mau menjual sebagian sawah nya demi gue, kalau bokap gue udah
lama meninggal waktu gue masih berusia 12 thn dan gue yakin bokap di surga sana
pasti mendukung gue.
Setelah ngobrol ngobrol panjang sama
nyokap dan pakde gue yang kebetulan dia pernah kuliah di Jakarta, akhirnya gue
putuskan untuk pergi jauh ke Jakarta selama beberapa minggu untuk mencari
universitas yang bagus untuk gue.
Gue pun berpamitan dengan nyokap dan
pakde gue..
“bu
aku pamit yaa, doain semoga aku dapet kampus yang bagus”
ujar gue
“iyaa
nak pasti ibu doain, kamu hati hati ya kalau ada apa apa buru buru hubungin ibu
atau pakde mu” jawab nyokap
“bisma
nanti kamu tinggal di kosan temen pakde aja ya, alamatnya di daerah manggarai
ngga jauh kok dari stasiun nanti kamu telepon aja ya orangnya, ini nomornya
namanya pak agus” sahut pakde sambil memberikan
kertas yang bertuliskan nomor telepon
“iya
pakde, terimakasih ya pakde”
“kalau
kamu udah sampai, kamu langsung kabari ibu mu atau pun pakde ya”
“iyaa
pakde siap siap”
Setelah berpamitan dengan nyokap dan pakde,
gue bergegas berangkat menuju stasiun kereta psr. Turi dengan membawa tas yang
ngga terlalu besar, tas kecil dan tiket kereta yang telah gue beli 5 hari
sebelum ke berangkatan.
Saat itu gue datang ke stasiunnya 3 jam
lebih cepat, terpaksa lah gue harus menunggu kereta itu datang dan gue pun
menunggu di bangku depan loket. 45 menit menunggu sambil baca baca komik
shinchan tiba tiba gue ngerasa kaya ada yang kurang, menoleh ke kanan dan ke
kiri ternyata tas kecil gue ngga ada. Dengan paniknya gue langsung berdiri
sambil mencari ke beradaan tas gue itu, saat gue melihat ke arah gerbang pintu
masuk stasiun, gue melihat tas gue yang lagi dibawa sama seorang anak kecil.
Dengan secara reflek gue pun berteriak “copeeeet” sambil menunjuk ke arah anak
kecil itu, sekejap orang orang melihat gue dan ada beberapa orang yang langsung
mengejar anak kecil itu. Jelas aja gue panik kalau misalkan tas itu hilang toh
di tas itu ada Handphone, kartu ATM, KTP dan beberapa lembar uang 100rban yang
kemarin nyokap kasih untuk bekal gue selama berada di jakarta.
1 jam gue di pos security sambil
menunggu kabar dari beberapa orang dan security yang mengejar copet itu, gue
masih dalam naungan doa agar tas itu kembali.. setelah 1 jam 30 menit gue
menunggu akhirnya datang lah security yang tadi ikut mengejar, semoga semoga
dan semoga tas nya dapet, tapi kok securitynya datang dengan tangan kosong ya?
Badan gue mulai lemes dan pikiran gue seketika berantakan.
“mas,
maaf saya ngga bisa mengejar copet nya”
ujar security
“yaaah,
yaudah terimakasih ya pak” jawab gue dengan lesu
Badan gue mulai lemas, pikiran gue
langsung tertuju pada rumah.Apa gue batalin aja ya niatan gue ke Jakarta? Hhhmm.
Ngga mikir panjang gue pun memutuskan untuk pulang kerumah tapi sebelumnya gue
menelepon pakde untuk menceritakan ke batalan gue untuk pergi ke Jakarta.
Dengan tas yang agak besar itu gue seret
seret dan berjalan seperti orang yang sakit gue menuju ke suatu tempat yang
menyediakan layanan telepon umum. Untungnya ada beberapa koin di dalam saku
celanan bagian belakang, masih sedikit lega untuk bisa menghubungi pakde.
“hallo
assalamualikum pakde, ini aku bisma”
“wallaikumsallam,
iya bisma kamu belum berangkat?”
“belum
pakde….”
“mas
mas maaf mas” sahut seorang pria berambut
gondrong dengan pakaian rapih sambil menepok pundak gue
“eeh
iyaa mas ada apa ya?” Tanya gue dengan
menjeda obrolan gue terhadap pakde di telepon
“ini
tas mas bukan?”ujar pria itu dengan menunjukan tas
kecil
“loh
iya ini punya saya mas, waduh terimakasih banyak mas terimakasih”
dengan muka gembira gue menjabat tangannya
Sementara itu di telepon terdengar suara
pakde“hallo hallo bisma?”
“eh
iya pakde, aku berangkat yaa assalamualikum”
dengan cepat langsung gue tutup teleponnya
Setelah telepon nya gue tutup, gue
langsung berbalik arah untuk menoleh ke pria itu tapi tiba tiba pria itu udah
ngga ada di belakang gue, loh dia kemana?Padahal gue mau ngucapin terimakasih
lagi. Yaudah lah yang terpenting tas gue udah ketemu, siapa pun dia orangnya
semoga mendapatkan pahala yang banyak deh yah dari allah amiiin.
Kereta pun tiba dan perlahan kaki kaki
gue melangkah masuk ke dalam gerbong kereta sambil mencari cari nomor kursi
yang tertera di kertas tiket itu.Setelah gue menemukan nomor kursinya, gue
langsung menaruh barang bawaan gue di tempat penyimpanan barang yang berada di
atas tempat duduk penumpang.
Sinyal lampu hijau pun udah menyala dan
itu tandanya kereta di izinkan untuk berangkat, perlahan roda roda besi kereta
mulai bergerak menuju Jakarta.Mendengarkan music lewat Mp3 dan melanjutkan membaca
komik shinchan menjadi teman gue di perjalanan saat itu. Ngga lama gue mulai
membaca komik shinchan tiba tiba…
“misi
mas boleh saya duduk disini?”
“boleh
mas” jawab gue dengan mata yang masih
tertuju pada komik shinchan
Dan gue pun penasaran dengan orang yang
duduk disamping gue itu, gue pun menoleh ke kiri dan ternyata orang itu adalah
pria yang tadi menolong gue mengambilkan tas yang sempat di ambil oleh anak
kecil.
“loh
mas yang tadi kan?” ujar gue
“iya
mas ehehe”
“waduh
mas terimakasih banyak loh yang tadi, untung ada mas ehehe”
“iya
mas santai aja, lain kali hati hati mas”
“iya
mas pasti, oiya nama mas siapa ya?”
Tanya gue sambil mengulurkan tangan kepada dia untuk berjabat tangan
“saya
adi tapi biasa di panggil gondrong ehehe kalau mas?”
jawab pria itu dengan senyuman sambil membalas jabatan tangan gue
“saya
bisma, mas dari mana mau kemana?”
“saya
dari banyuwangi mau ke Jakarta, mau kuliah disana ehehe”
“loh
sama ya, saya juga mau kuliah di Jakarta”
Sepanjang perjalanan waktu gue habis hanya
untuk mengobrol dengan si gondrong itu, ternyata gondrong itu orangnya welcome
sama gue, asik di ajak becanda dan dia juga baik banget. ngga jarang dia
nawarin gue makanan yang dia bawa di dalam kantung kresek berwarna putih. Ngga
terasa ternyata kereta udah berhenti di stasiun psr. Senen, gue bergegas
mengambil tas dan perlahan turun dari kereta berdua bersama gondrong.
“drong
dari sini lo mau kemana?” Tanya gue selepas
turun dari kereta
“dari
sini gue mau ke depok, ke tempat tinggal tante gue. Kalau lo sendiri mau
kemana?”
“gue
ke manggarai, ke tempat kosan temen pakde gue drong”
“ooh
gitu, yaudah kalau gitu gue langsung jalan deh ya. Lo hati hati yaa”
ujar gondrong sambil menjabat tangan gue
“oke
oke drong, lo juga hati hati ya”
Gue dan gondrong pun terpisah, sambil
jalan menuju pintu keluar gue pun masih kepikiran dengan sosok gondrong. Gue
seneng punya temen baru yang supel kaya gondrong..loh gue baru inget kenapa gue
ngga minta nomor telepon nya ya(?) siapa tau gue bisa main sama dia.. gue pun
berhenti dan berbalik arah, setelah gue lihat ternyata gondrong udah ngga ada
di stasiun itu, yah sial deh..
Setelah keluar dari stasiun gue langsung
naik angkutan umum menuju manggarai, dengan kurang hafal nya daerah Jakarta
sering kali gue nyasar walaupun udah beberapa kali nanya sama orang orang
sekitar. Muter muter ngga jelas akhirnya gue naik metromini nomor 62 dan gue
menghentikan laju metromini itu di jalan minangkabau, dan nanya ke orang adalah
kunci utama untuk menemukan alamat karena peta dunia yang gue bawapun ngga bisa
menjawabnya.
Gue pun memutuskan untuk naik ojek dari
simpang pasar raya manggarai menuju kosan, setelah nyari nyari kosannya berdua
dengan tukang ojek, akhirnya gue pun sampai di kosan dan bertemu dengan pak
agus selaku pemilik kosan.
“ooh
ini bisma keponakan nya sutrisno bukan?”
“iya
pak betul” jawab gue
“iya
ya tempo hari pakde mu udah menghubungi saya, oiya kamar kosnya tinggal sisa di
lantai 2 tuh. Ngga apa apa kan?”
“ngga
apa apa pak yang penting kan tempatnya bisa dibuat tidur ehehe”
“yaudah
nanti saya bereskan kamarnya dulu, kamu tunggu di ruang tamu aja yaa”
Sambil menunggu pak agus membereskan
kamar itu gue pun keluar dari lingkungan kosan untuk melihat lihat daerah sekitar,
ngga lama kemudian pak agus menghampiri gue dan dia bilang kalau kamarnya udah
siap untuk ditempatin.
“bis
kamar nya udah siap, kamar mandinya ada di dalam ya. Trus kalau kamu butuh apa
apa jangan sungkan sungkan hubungi saya ya”
sahut pak agus
“siap
pak, oiya kalau warteg atau tempat makan dimana ya pak?”
Tanya gue sambil menenteng tas
“warteg
ada di sebrang jalan, atau di deretan kosan ini juga banyak. Tenang aja disini
mah 24 jam rame trus bis ehehe”
Setelah semuanya selesai gue langsung
naik ke lantai 2 dan membuka pintu kosan, welcome bisma in new kosan ahahaha
wah ternyata tempatnya lumayan bagus, ada balkon nya lagi dan view nya adalah
rel kereta manggarai yang sering dilintasi kereta kereta, iya sih kereta ya
kali dilintasin sama bajaj..
Huuuu lelahnya, ngga pikir panjang tanpa
mengganti baju gue langsung tertidur di antara bantal dan tembok yang
berhadapan dengan sebuah tv berukuran 21 inch.
Malam pun tiba, gue di bangunkan oleh
suara ketukan pintu dari luar kamar. Ooh ternyata itu pak agus..
“iyaa
pak tunggu sebentar” sahut gue sambil
membuka pintu
“bis
ini ada nasi kuning untuk kamu”
“loh
pak ngerepotin aja pak”
“ngga
kok ngga, ini kebetulan cucu saya ada yang ultah, ya perayaan kecil kecilan
aja” ujar pak agus sambil memberikan
sepiring nasi kuning dengan lauk ayam goreng, tempe orek, telor dadar, sambal
dan kerupuk
“ooh
gitu, terimakasih banyak yaa pak”
Hari pertama yang cukup beruntung, baru
datang langsung dikasih makanan. Ya mungkin ini memang rezeki anak soleh ahaha
Selesai makan gue pun sambil mencari
info tentang universitas universitas yang ada di Jakarta dengan computer yang
terhubung dengan internet milik warnet yang berada di samping kosan. Setelah
mendapatkan informasi dari beberapa universitas, gue pun tertarik di 1
universitas di daerah Jakarta selatan. Toh gue pikir lokasi nya ngga jauh dari
tempat kosan gue.
Malam pertama di kosan gue masih belum
bisa beradaptasi dengan teman teman kosan yang lainnya, jadi wajar kalau saat
itu gue langsung tidur.
Di pagi harinya, gue terbangun gara gara
suara kereta yang melintas di belakang kosan.Sebelum gue berangkat menuju
kampus yang ingin gue daftar, gue pun mencoba membuat kopi hitam yang udah
disediakan oleh pak agus dan menikmati sebatang rokok.
Lagi asik menikmati kopi tiba tiba ada seorang
cewe yang menghampiri gue dan berdiri di depan pintu..
“hei
penghuni baru yaa?” Tanya cewe yang
berbadan kurus, berkulit putih dan berambut pendek atau bob style
“iyaa
betul” jawab gue dengan memberikan senyuman
kepada dia
“gue
winda, penghuni kamar sebelah, lo siapa?”
“gue
bisma, ooh winda salam kenal yaa”
“iyaa,
kalau yang gue lihat lo orang jawa bukan?”
“iyaa
win, kok tau sih?”
“ya
tau laah tadi kan pak agus cerita sama gue ahahaha”
canda winda
“heet
deh ya jelas laah”
“yaudah
deh kalau gitu gue mau ke kampus dulu yaa, nanti malem sibuk ngga? Kalau ngga
sibuk nanti malam ngobrol yuk di balkon”
“ngga
sibuk kok, yaudah lo ketuk ketuk aja pintu gue”
Di hari ke 2 gue bertemu dengan penghuni
kosan samping kamar gue, beruntung nya gue dipertemukan orang yang baik, supel
seperti winda.
Selesai ngobrol gue langsung mandi dan
mencari sarapan di luar kosan, setelah semuanya selesai gue langsung menuju
universitas itu untuk mendaftar.
Sesampainya di universitas, gue langsung
melangkah menuju ruang pendaftaran. Menurut temen temen gue di SMA gue itu
orangnya paling jago masak, dan gue putuskan untuk mengambil jurusan ekonomi,
ngga nyambung ya? Di skip aja deh… gue ngga banyak mikir, gue langsung tertarik
dengan kampus itu dan menurut gue kampus itu bakal bisa mengisi cerita di masa
muda gue.
“hallo
assalamualaikum bu” sapa gue kepada ibu
ditelepon
“wallaikumsallam”
jawab ibu
“bu
aku udah daftar di universitas didaerah Jakarta selatan”
“alhamdulilah
kalau gitu nak, trus koe kapan masuk?”
“sekitar
bulan September bu, dan kayanya aku pulangnya bulan depan deh bu. Aku masih
ingin beradaptasi sama lingkungan disini”
“iyaa
ngga apa apa, yang penting kamu jangan lupa makan, jangan lupa sholat dan inget
jangan macam macam disana yaa”
“iya
bu pasti aku ikuti perintah ibu”
Bersyukurnya gue punya nyokap kaya
beliau yang selalu mendukung apa yang gue lakuin.
Sore itu setelah gue mendaftar kuliah,
gue langsung pulang ke kosan berhubung gue punya janji sama winda untuk ngobrol
di balkon belakang, gue buru buru pulang sekalian beli beberapa cemilan untuk
di malam itu.
Sesampainya di kosan gue langsung
bebenah dan istirahat sambil nunggu winda pulang dari kampusnya…
“bismaaa”
sahut winda dari luar kamar
“eh
iyaa win, lo duluan aja deh yah ke balkonnya. Gue bikin teh hangat sama bawain
cemilan dulu ya”
“asiiik
oke okee cepet yaa”
Kurang dari 10 menit setelahnya gue
membuatkan teh hangat, gue langsung menuju balkon kosan..
“win
ini teh nya gue taruh di sini yaa”
“iyaa
bis”
……
“hhhmmm
lo udah lama ya ngekos di sini?” Tanya gue
sambil menyalakan sebatang rokok
“gue
baru kok, baru 10 bulan disini. Eh iya lo disini kuliah atau kerja?”
“gue
baru mau masuk kuliah nih ehehe”
“ooh
gitu, lo orangnya asik yaa. Gue baru loh kenalan sama orang di kosan ini”
“maksudnya
baru gue?”
“iyaa
bis, baru sama lo gue ngobrol. Secara disini orangnya pada kaku kaku banget
ahahaha”
“beruntung
dong lo ada temen nya disini ahahaha”
“biasa
aja sih, yaa beruntung laaah hahaha”
betus candaan winda
Ngga terasa ngobrol sama winda sampai
jam 1 malam, selepas itu gue dan dia balik ke kamarnya masing masing..
Pagi pun tiba, karena belum ada nya
kegiatan di Jakarta gue pun hanya bisa tidur tiduran di kamar atau malah
ngobrol sama pak agus dan istri nya di ruang tamu mereka.
September pun tiba, bulan ini gue udah
masuk kuliah.Belum sampai tahap pembelajaran sih baru pengenalan dan persiapan
untuk ospek.
Hari pertama ospek, rambut gue di cukur
abis sampai botak oleh senior dan hal hal konyol yang disuruh senior terhadap
gue. Di hari pertama sampai di hari terakhir ospek gue belum banyak sosialisasi
sama temen temen baru, maka dari itu sering kali gue melakukan apa apa dengan
sendirian. Ngga banyak cerita selama di acara ospek itu.
Hari hari setelah ospek, gue pun bersiap
dengan beberapa buku tulis untuk menuliskan beberapa paragraph materi yang
dosen berikan.
“assalamualikum
bu” ujar gue terhadap ibu lewat telepon
“wallaikumsallam
nak”
“bu
hari ini, hari pertama aku masuk kuliah”
“oiyah
nak, semoga sukses yaa konsentrasi apa yang di ajarkan dosen”
Selesainya gue mematikan telepon dari
ibu, tiba tiba..
“bisma
lo kuliah disini juga?”
“i..iyaaa.
loh gondrong?”
“ehehehe
lo apa kabar?”
“alhamdulilah
baik, wah gue ngga nyangka bisa 1 kampus sama lo disini. Lo ambil jurusan apa?”
“gue
juga ngga nyangka ahaha gue ambil ekonomi nih”
“loh
sama ya kita ahaha eh kok gue ngga ngeliat lo ya waktu ospek?”
“ahaha
yaiyalah gue kan ngga ikut ospek, abisnya sih segala ada acara cukur rambut,
mana mau rambut gue dicukur ahaha”
“heeet
dasar laaauu sayang banget sama rambut haahaha”
Gue pun ngga nyangka bisa 1 kuliahan
bahkan 1 kelas sama gondrong dan disaat itu gue yakin kalau gondrong bakal jadi
temen gue selama di kampus.
Berjalannya waktu gue sering main sama
gondrong dan 1 ketika gue mengajak gondrong untuk main ke kosan gue.
“wah
kosan lo bagus juga yaa bis”
“ehehe
iyaa doong, kenapa emangnya? Lo mau tinggal disini? Ahaha”
“kaya
nya boleh deh, kan gue selama dijakarta tinggal nya sama tante. Ngga enak juga
sih kalau numpang sama dia”
“ya
disini aja lah tinggal bareng sama gue”
“iya
yaa bulanan mah gampang kita bagi 2 iya ngga?”
“ngga!
Lo aja yang bayar gimana? Ahaha” cetus gondrong
“boleh
boleh, boleh gue lempar lo ke rel ngga? Ahahhaa”
“kampret
lauuu ahahha”
Keesokan hari nya di dalam kelas, masih
seperti biasa. Dikelas gue lebih sering main sama gondrong tapi di kelas itu
juga gue bertemu dengan rio, rio adalah anak rantau dari padang Sumatra barat.
Rio itu orangnya agak kalem tapi sekali ngomong bikin ketawa, lelucon dia itu
lebih sering meramaikan suasana dikelas ataupun diluar kelas. Rio tuh paling
seneng banget sama hal yang berhubungan dengan sepak bola, ciri khasnya dia
kemana mana pasti pake jersey bola. Kalau ngga real Madrid yaa Barcelona,
impiannya tuh kalau udah sukses mau beli real Madrid dan Barcelona, katanya sih
mau di gabungin gitu. Minusnya kalau lagi ngobrol sama dia jangan sesekali
nyebut nama yang berbau sepak bola, percaya deh sama gue topic yang lagi lo
obrolin langsung berubah jadi ngebahas bola.. setiap kali kejadian seperti itu
jurusnya Cuma 1, lo pura pura tidur.
Jam pulang kuliah. gue, gondrong dan rio
biasa nongkrong nongkrong di warkop sebrang kampus, alasan gue dan mereka
sering nongkrong dan ngga langsung pulang karena bingung dirumah juga mau
ngapain, apalagi gue di kosan palingan Cuma nonton tv, tidur, makan, nonton tv,
tidur, dan makan begitu aja trus sampai gue jadi dosen…
“yo
lo disini tinggal sama siapa?” Tanya gondrong
sambil menghisap rokok favorit nya
“gue
mah disini ngekos” jawab rio dengan tangan yang perlahan mengambil segelas kopi
“loh
dimana? Mendingan lo ngekos bareng sama bisma”
“di
pasar minggu, lah iya ya. Bis gue mau lihat dong kosan lo”
“iya
tuh bener apa kata gondrong, mendingan sama gue ngekosnya bareng. Boleh ayo
sekarang yuk” ujar gue
“wah
asik tuh, gue juga deh ya bareng sama lo bis, boleh ngga?”
ujar gondrong
“kayanya
untuk lo gue ngga terima deh drong, cukur rambut dulu baru gue terima ahahaha”
jawab gue
“wah
brengsek lo, gue obrak abrik nih warkop ahahaha”
“kamu
berani obrak abrik warkop saya?” sahut ibu ibu
warkop
“ehehe
ngga bu becanda ehehehe” jawab gondrong sambil
pura pura ngelap meja
Selesai nya dari warkop gue langsung
pulang ke kosan bersama gondrong dan rio..
“wah
kosan lo gede juga yaa” sahut rio
“ehehe
iya yo, disini muat kok bertiga santai aja, iya ngga droong?”
“yoi
men, yaudah deh nanti malem gue langsung pindah kesini deh yah”
ujar gondrong
“yaudah
selaau, kalau lo gimana yo?” Tanya gue
“bisa
aja sih kalau nanti malem, tapi nanti gue bilang sama ibu kos nya dulu”
jawab rio
Ngga lama berbincang datang lah winda ke
kamar gue
“loh
ada temen temen nya nih bis?” Tanya winda
“eh
iya nih win, lo udah pulang ngampus?”
“udah
nih ehehe”
“eh
iya kenalin nih temen temen gue, ini gondrong dan ini rio”
sahut gue sambil menunjuk ke gondrong dan rio
“ehehe
iyaa salam kenal, yaudah deh kalau gitu gue mau nyuci baju dulu ya bis”
Setelahnya winda pergi, si rio bertanya
Tanya mengenai sosok winda, gue sih udah feeling kaya nya sih si rio naksir deh
sama winda
“lo
suka yo sama winda? Ahaha” sahut gue dengan
candaan
“ngga
aaah biasa ajaaa, yaudah deh nanti malem gue langsung pindah kesini”
jawab rio dengan salah tingkah
“ciyeee
gara gara ada temen lo tadi sih bis jadinya si rio pengen buru buru kesini
ahahaha” sahut gondrong
“apaan
sih apaan siih ngga aaaah”
Selepas sore itu rio dan gondrong
pulang, malam nya benar saja mereka datang dengan membawa koper besar yang
berisikan baju beserta perlengkapan dandan mereka, sebelum mereka menempati
kamar kosan gue minta izin dulu sama pak agus. Bersyukur lah pak agus langsung
mengiyakan. Gue, gondrong dan rio adalah teman yang 1 nasib, jauh dari orang
tua, 1 pemikiran dan apa ada nya..
Di hari hari selanjutnya, si rio jadi
lebih sering ngobrol sama winda sedangkan gondrong selalu sibuk dengan rambut
nya itu. Gue jadi merasa beruntung banget bisa berada di Jakarta, toh punya
teman yang baik baik seperti mereka..saat itu hari hari gue selalu di isi
bersama mereka, curhatan dan canda tawa mereka membuat gue sering ditegor sama
pak agus karena telah membuat lingkungan kosan jadi berisik ahahaha
Masuk di akhir bulan desember, saat itu
kita bertiga memang bener bener ngga punya uang secara orang tua gue, rio dan
gondrong memang belum mengirimkan uang kepada kita. Tercetus dari rio untuk
mencari uang selesainya pulang ngampus, dengan cara mengamen di sekitaran
stasiun manggarai. Gokil! Dan ide itu di iya kan sama gondrong, berhubung yang
bisa memainkan gitar hanya si gondrong, gue dan rio pun Cuma menjadi pengisi
suara ahaha
Sepulangnya dari kampus, di kosan kita
pun berunding dulu tentang lagu apa yang mau dibawakan nanti ketika mengamen.
Hampir 2 jam kita masih berunding, secara kita bingung mau lagu apa yang
dibawa. Giliran rio dan gue hafal liriknya eh si gondrong yang ngga hafal kunci
gitarnya begitu juga sebaliknya gue dan rio ngga hafal liriknya eh si gondrong
tau kunci gitarnya..
“aah
gila udah mau 2 jam nih” ujar rio
“waduh
iyaya, yaudah lagu Sheila on 7 aja deh ya yang judulnya kisah klasik untuk masa
depan, gimana?” sahut gondrong
“lo
emangnya hafal yo liriknya?” Tanya gue ke rio
“ngga
bis” jawab rio sambil menggelengkan
kepalanya
“lo
berdua ngga hafal? Yaudah deh ambil kertas sama pulpen bis”
sahut gondrong
“buat
apaan?” tanya gue
“liriknya
gue tulis biar nanti lo nyanyinya sambil baca deh ya”
Setelah semua nya siap, gue dan mereka
langsung menuju ke stasiun manggarai. Dengan baju yang sedikit rombeng, celana
yang sobek dan sandal jepit yang sekiranya akan putus menjadi fashion kita saat
itu..
“misi
om misi tante numpang ngamen” sahut gondrong
*jreng
jreng jreng* suara gitar gondrong yang sedang
mamainkan intro
*jreng
jreng jreng*
*jreng
jreng jreng*
“eh
nyanyi begooo!” gondrong yang membisikan gue dan
rio sambil menginjak kaki gue
“aduuh
ah iya iyaa”
“
bersenang senang lah karna hari ini akan kita rindukan dihari nanti sebuah
kisah klasik di masa depan……… wooowoooo sampai jumpa kawan ku semoga kita
selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan”
gue dan rio mulai menyanyi dengan nada yang ngga berubah ubah, hanya bertahan
di so
…..
“terimakasih,
dan maaf mengganggu perjalana om dan tante” sahut
gondrong yang membuka kaleng untuk meminta sumbangannya
“eh
udah nih, yuk kesana yuk pindah tempat”
ujar gue
“bis
si rio kenapa tuh?”
Tiba tiba rio terdiam dan menunduk
“yo
lo kenapa?” tanya gondrong
“……”
hening rio
“yo
woooy!”
“sedih
gue drong” jawab rio
“sedih
kenapa?”
“sedih
sama lagu nya”
“heeeeet
lo gue kira kenapaaaa, baperan!”
“ehehehehe”
sahut rio dengan cengiran khas kuda
“aaah
kampreeet lo yo ahaha”
Rio kelihatan agak lebay juga sih, tapi
ya emang jujur lagu nya Sheila on 7 itu bikin gue sedikit merinding, apalagi
kalau liriknya di perhatikan dengan seksama.
Malam pun menjemput kita saat itu,
setelah 5 jam muter muter di sekitaran stasiun akhirnya kita putuskan untuk
mensudahkan berhubung uang yang di dapat udah cukup untuk membeli makanan dan
sedikit cemilan yang bisa di nikmati untuk di kosan.
Sesampainya di kamar kosan, kita
langsung menghabiskan makanan yang tadi di beli di warteg sebrang kosan. Hari
itu cukup menyenangkan bagi gue, karena itu adalah pengalaman pertama gue untuk
mencari uang dengan cara mengamen.
Di hari hari selanjutnya kehidupan di
kamar kos jauh lebih baik, secara orang tua kita masing masing mengirimkan
uang. Jadi ngga usah cape cape untuk mengamen.
Perkuliahan kita pun udah memasuki akhir
semester 1, tugas tugas pun juga semakin menumpuk. Tugas kuliah juga membuat
gue, gondrong dan rio menjadi lebih stres. Aah rasanya ingin sekali cepet cepet
lulus.
Siang itu gue lupa hari itu hari apa,
yang jelas hari itu di kampus gue Cuma ada 2 mata kuliah doang. Jadi hari itu
gue pulang lebih awal dari biasanya, seperti biasa di dalam kamar gue juga Cuma
bisa menikmati hari itu dengan meminum kopi dan menghisap sebatang rokok.
Sedang asik asik tidur tiduran tiba tiba datang lah winda ke kamar gue.
“bismaaa”
sahut winda
“eeh
iyaa win”
“lo
udah pulang?” Tanya winda yang secara perlahan
duduk disamping gue
“iyaa
udah lah win, kan di kampus juga Cuma 2 mata kuliah doang ehehe”
“ooh
gitu yaah, eh si rio mana?”
“rio
sama gondrong masih di kampus, katanya sih mereka ada jam tambahan gitu”
…. “eh kok lo nanyain rio?? Ciyeee ada
apa niiih? Ahaha” canda gue sambil nyenggol tangannya winda
“ngga
kok ngga ada apa apaaaa” jawab winda yang mulai
tersipu malu
“masa
siih? Kalau suka mah bilang aja kaliii, siapa tau gue bisa ngebantuin ahaha”
“apaansiiih
biiisss ehehehe” jawab winda yang terlihat tersipu
malu
Dari obrolan pendek itu gue bisa ngebaca
kalau si winda suka terhadap si rio, dan gue pun terpikir ingin mencomblangkan
mereka berdua ehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar